BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di
dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat
belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah
satu langkah uintuk memiliki strategi
itu ialah harus menguasai teknik-teknik
penyajian atau biasanya disebut metode mengajar.
Teknik penyajian pelajaran adalah
suatu pengetahuan tentang cara-cara pengajaran yang dipergunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah
sebagai teknik penyajian yang dikuasai
oleh guru untuk mengajar atau penyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam
kelas , agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan oleh
siswa dengan baik. Di dalam kenyataan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan
informasi atau massage lisan kepada
siswa berbeda degnan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai
pengetahuan, ketrampilan serta sikap. Metode yang digunakan untuk memotivasi
siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan suatu masalah
yang dihadapi ataupun untuk menjawab
suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk tujuan agar
siswa mampu berpikir dan mengemukakan
pendapatnya sendiri di dalam
menghadapi segala persoalan.
Kita
mengenal bermacam-macam teknik penyajian dari yang tradisional, yang diguakan dahulu kala, tetapi juga yang
modern, yang digunakan baru akhir-akhir ini.
Perkembangan selanjutnya para ahli masih
perlu mengadakan penelitian dan eksperimen agar dapat menemukan teknik
penyajian yang dipandang paling efektif untuk pelajaran tertentu, apakah hal
itu akan terjawab, kita serahkan pada hasil penelitian para ahli tersebut.
Dari bermacam-macam teknik
mengajar itu, ada yang menekankan peranan guru yang utama dalam pelaksanakaan
penyajian, tetapi ada pula yang menekankan pada media hasil teknologi modern
seperti televise, radio, kasset, video-tape, film, head projector, mesin
belajar dan lain-lain, bahkan telah menggunakan bantuan satelit. Ada pula
teknik penyajian yang hanya digunakan untuk sejumlah siswa yang terbatas,
tetapi ada pula yang digunakan untuk sejumlah siswa yang tidak terbatas.
Metode mengajar yang guru gunakan
dalam setiap kali pertemuan bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi
yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus, sebab dalam
kegiatan belajar mengajar bukan semata persoalan menceritakan. Belajar bukanlah
konsekuensi otomatis dari perenungan informasi ke dalam benak siswa. Belajar
memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri. Penjelasan dna
pemeragaan semata tidak akan membuahkan hasil belajar yang langgeng. Yang bias
membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.
Agar belajar menjadi aktif siswa
harus mengerjakan banyak sekali tugas.
Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah dan
menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan,
bersemangat dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan tempat duduk
mereka, bergerak leluasa dan berfikir keras (movong
about dan thinking alound)
Untuk bisa mempelajari sesuatu
dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan tentangnya
dan membahasnya dengan orang lain. Bukan
Cuma itu, siswa perlu “ mengerjakannya,” yakni menggambarkan sesuatu dengan
cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba mempraktekkan keterampilan
dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau harus mereka
dapatkan.
Dengan menyadari gejala-gejala
atau kenyataan tersebut diatas, maka dalam penelitian ini penuliis mengambil judul ‘ Penerapan Strategi Pembelajaran
Kontekstual Model Pengajaran Berbasis Proyek/Tugas Dalam Meningkatkan Prestasi
Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas Tahun Pelajaran
2013/2014
B. Rumusan
Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang
diats maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut:
1. Apakah
penerapan pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dapat
meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Ekonomi pada siswa kelas XII IPS
2 SMA Negeri 2 Tahun Pelajaran
2013/2014?
2. Bagaimanakah
pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas dalam
meningkatkan motivasi belajar mata pelajaran Ekonomi pada siswa kelas XII IPS 2 SMA Negeri 2 Tahun Pelajaran 2013/2014
C. Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas,
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Ingin
mengetahui bagaimanakah peningkatan prestasi belajar mata pelajaran Ekonomi
setelah diterapkan pembelajaran kontekstuial model pengajaran berbasis
proyek/tugas pada siswa kelas XII IPS 2
SMA Negeri 2 Tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Ingin
mengetahui pengaruh pembelajaran kontekstual model pengajaran berbasis proyek/tugas
dalam meningkatkan prestasi dan motivasi
belajar mata pelajaran Ekonomi setelah diterapkan pembelajaran kontekstual
model pengajaran berbasis proyek/tugas pada siswa kelas XII IPS 2 SMA Negeri 2 Tahun Pelajaran 2013/2014
D. Kegunaan
Penelitian
Adapun
maksud penulis mengadakan penelitian ini
diharapkan dapat berguna bagi:
1. Memberikan
informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan proses belajar mengajar mata pelajaran Ekonomi
2. Meningkatkan
prestasi dan motivasi pada pelajaran
mata pelajaran Akuntanasi
3. Menambah
pengetahuan dan wawasan penulis tentang
peranan guru dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar mata pelajaran Ekonomi
4. Sebagai
penentu kebijakan dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran Ekonomi
5. Menerapkan
metode yang tepat sesuai dengan materi pelajaran mata pelajaran Ekonomi
E. Definisi
Operasional Variabel
Agar tidak terjadi salah
persepsi terhadap judul penelitian ini maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pengajaran
berbasis masalah (problem Based Learning)
adalah
Suatu pendekatan pengajaran
komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat
melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah, autentik termasuk pendalaman
materi dari suatu topic mata pelajaran dan melaksanakan tugas bernama lainnya.
Pendekatan ini memperkenalkan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam
mengkonsentrasikan dalam produk nyata.
2. Motivasi
belajar adalah
Suatu proses untuk menggiatkan
motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapi tujuan tertentu.
3 Prestasi
belajar adalah
Hasil belajar yang dinyatakan dalam
bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran.
F. Batasan
Masalah
1. Penelitian
ini hanya dikenakan pada siswa kelas XII IPS 2
SMA Negeri 2Tahun Pelajaran 2013/2014
2. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Sepetember semester ganjil tahun pelajaran2013/2014
3. Materi
yang disampaikan adalah pokok bahasan
transaksi keuangan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan
Tentang Prestasi Belajar
1. Pengertian Belajar
Pengertian belajar sudah
banyak dikemukakan dalam kepustakaan. Yang dimaksud belajar yaitu perbuatan murid dalam bidang material, formal
serta fungsional pada umumnya dan bidang
intelektual pada khususnya. Jadi
belajar merupakan hal yang pokok. Belajar merupakan suatu perbuatan pada
sikap dan tingkah laku yang lebih baik,
tetapi kemungkinan mengarah pada tingkah
laku yang lebih buruk.
Untuk dapat disebut belajarm
maka perubahan harus merupakan akhir
dari pada periode yang cukup panjang. Berapa lama waktu itu berlangsung sulit
ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaklah merupakan akhir dari
suatu periode yang mungkin berlangsung berhasi-hari , berminggu-minggu,
berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Belajar merupakan suatu proses yanbg tidak
dapat dilihat dengan nyata prose situ
terjadi dalam diri seseorang yang sedang
mengalami belajar. Jadi yang dimaksud
dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi prosesnya terjadi secara internal di dalam diri indivdu
dalam penguasaan memperoleh hubungan-hubungan baru.
2. Pengertian
Prestasi Belajar
Sebelum dijelaskan pengertian
mengenai prestasi belajar, terlebih dahulu akan dikemukakan tentang pengertian
prestasi. Prestasi adalah hasil ynag
telah dicapai. Dengan demikian bahwa prestasi merupakan hasul yang telah
dicapai oleh seseorang setelah melakukan sesuatu pekerjaan/aktivitas tertentu.
Jadi prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh karena
itu semua individu dengan adanya belajar hasilnya dapat dicapai. Setiap
individu belajar menginginkan hasil yang
baik mungkin. Oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan
sebaik-baiknya supaya prestasinya
berhasil degna baik. Sedan pengertian prestasi juga ada yang mengatakan
prestasi adalah kemampuan. Kemampuan di sini berarti yang dimampui individu
dalam mengerjakan sesuatu.
3. Pedoman
Cara Belajar
Untuk memperoleh
prestasi/hasil belajar yang baik dilakukan dengan baik dan pedoman cara yang
tepat. Setiap orang mempunyai cara atau pedoman sendiri-sendiri dalam belajar.
Pedoman/cara yang satu cocok digunakan oleh seorang siswa, tetapi mungkin
kurang sesuai untuk anak/siswa yang
lain. Hal ini disebabkan karena mempunyai perbedaan individu dalam hal
kemampuan, kecepatan dan kepekaan dalam menerima materi pelajaran.
Oleh Karen itu tidaklah ada
suatu petunjuk yang pasti yang harus dikerjakan oleh seorang siswa dalam
melakukan kegiatan belajar. Tetapi factor yang paling menentukan keberhasilan
belajar adalah para siswa itu sendiri. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang
sebaik-baiknya harus mempunyai kebiasaan belajar yang baik.
B. Faktot-Faktor
yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Adapun factor-faktor itu dapat
dibedakan menjadi dua golongan yaitu
a. Factor
yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut factor individu. Yang
termasuk ke dalam factor individu antara lain faktor kematangan atau
pertumbuhan, kecerdasaran, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
b. Faktor
yang ada pada luar individu yang kita sebut
dengan faktor social
Sedangkan yang faktor social antara lain faktor
keluarga, keadaan rumah tangga, guru dan cara dalam mengajarkannya, lingkungan
dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi social.
Berdasarkan faktor yang
mempengaruhi kegiatan belajar di atas menunjukkan bahwa belajar itu merupakan
proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan
oleh faktor-faktor di atas, bagi siswa yang berada dalam faktor yang mendukung
kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan
memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik.
Sebaliknya bagi siswa
yang berada dalam kondisi belajar yang tidak menguntungkan dalam arti tidak
ditunjang atau di dukung oleh faktor-faktor diatas, maka kegiatan atau proses
belajarnya akan terhambat atau menemui kesulitan.
C. Motivasi
Belajar
1. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi menunjuk
kepada semua gejala yang terkandung dalam stimulus tindakan kearah tujuan
tertentu di mana sebelumnya tidak ada gerakan
menuju kea rah tujuan tersebut. Motivasi dapat berupa dorongan-dorongan
dasar atau internal dan insentif di di luar diri individu atau hadiah. Sebagai
suatu masalah di dalam kelas, motivasi adalah proses membangkitkan,
mempertahankan dan mengontrol minat-minat.
Suatu prinsip yang mendasari
tingkah laku ialah bahwa individu selalu mengambil jalan pendek menuju suatu tujuan. Orang
dewasa mungkin berpandangan bawah di dalam
kelas para siswa harus mengabdikan dirinya kepada penguasaan kurikulum. Akan tetapi para siswa
tidak selalu melihat tugas-tugas sekolah sebagai jalan terbaik yang menujui kearah kebebasan , produktivitas
, kedewasaan atau apa saja yang dipandang mereka sebagai perkembangan yang
disukai. Dalam hubungan ini tugas guru adalah menolong mereka untuk memilihj topic, kegiatan atau
tujuan yang bermanfaat baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
D. Motivasi
Belajar Remaja
1. Harapan untuk sukses dalam memecahkan masalah
tingkah laku
Untuk memecahkan masalah tingkah laku
belajar remaja ada dua faktor:
a. Kesulitan
tugas yang dipelajari dan banyaknya pengalaman yang telah dimiliki individu
untuk mengerjakan tugas yang sama. (Sulit mempelajari sejumlah pengalaman dalam
waktu yang sama)
b. Penggunaan
situasi yang tepat untuk memecahkan masalah yang khusus.
Ada dua kemungkinan memecahkan masalah itu, yaitu
gagal dalam arti tidak tercapai tujuan atau sukses dalam arti berhasil apa yang
diharapkan.
Untuk membuktikan kelompok
mana yang berhasil “baik” ada empat kelompok percobaan yaitu:
a. Kelompok
yang diberi dorongan
b. Kelompok
yang diberi rintangan (tak diberi dorongan)
c. Kombinasi
kelompok a dan b
d. Kelompok
pengontrol yang tidak diberi penguatan
verbal.
2. Tinjauan
masa Depan yang Optimistis dan Prestasi Akademis
Tujuan memberikan arah bagi
perilaku sekaligus memberi motivasi untuk bekerja pada saat itu. Individu yang
berprestas akademi tinggi
tampaknya ditandai oleh sikap-sikap yang lebih optimis dan pemusatan
perhatiannya lebih tinggi terhadap tujuan-tujuan masa mendatang.
Menurut
teori Eston yang sejalan teori Lewi,
bila dalam diskusi para pengelola selalu membicarakan masa akan yang akan
dating, berarti mereka mempunyai harapan positif dan optimis. Sebaliknya ,
mereka yang kurang perhatian, tanpa konsentrasi, berarti harapannya pendek dan prestasinya rendah.
3. Motivasi
siswa dalam Hubungan degnan Aktivitas Dorongan Sosial
Menurut teori Boyle M.Bortner
( dalam Halamik, Oemar, 2000:179), guru tidak selalu dapat menciptakan
motivasi, sedangkan motivasi adalah dasar untuk setiap usaha dan berpengaruh
terhadap pihak lain. Contohnya pembuat iklan, penerbit, mandor, dan hakim,
selalu memikirkan motivasi. Begitu pula guru harus disukai oleh ynag lain.
Motivasi itu sangat penting dan menentukan kegiatan dalam belajar. Bila remaja
tidak punya motivasi maka guru tidak menjamin penepatan siswa di kelas
tertentu, baik kegiatan belajarnya maupun
keberhasilannya.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi ialah umur, kondisi fusuk dan kekuatan intelegensi yang
juga harus dipertimbangkan dalam hal ini. Motivasi sangat penging karena suatu
kelompok yang tidak punya motvasi (belajarnya kurang atau tidak berhasil).
Dengan demikan, motivasi harus dikembangkan berdasarkan pertimbangan perbedaan
individual. Secara umum semua manusia membutuhkan motivasi untuk giat bekerja
kecuali (mungkin0 orang yang sudah tua
dan orang yang sedang sakit.
4. Dorongan
Aktivitas
Hampir setiap orang menyukai
situasi yang menyediakan pekerjaan. hal ini dapat kita lihat misalnya anak
kecil biasanya suka berlari, meloncat, berteriak, bermain membangun remaja biasanya belajar
berorganisasi, berpartisipasi, menari, mengembangkan hobi dan membuat rencana. Ini berarti bahwa
guru harus melihat dan memperhatikan siswa mana yang aktif dan kreatif sehigga
perlu diberi kesempatan untuk aktif. Guru membantu siswa yang mendapat kesulitan atau suatu
masalah. Ia memberikan petunjuk dan demonstrasi, melaksanakan karyawisata,
survey, wawancara dengan warga
masyarakat dan sebagainya.
5. Dorongan
untuk merasa aman
Remaja mempunyai motif yang
kuat untuk mengembangkan minat dan
memperoleh pekerjaan, berdiri sendiri, mengubah status social, dan
mengembangkan emosi yang normal.
Motivasi dapat digunakan
sebaai alat dalam prosedur belajar-mengajar dengan demikian , guru harus
membantu mereka dalam memenui kebutuhan akan keamanannya antara lain dengan
cara sebagai berikut:
a. Memberikan
kesempata yang cukup untuk berpartisipasi aktif, memberi semangat, memberi ide
dan menyediakan situasi belajar yang baik.
b. Melaksanakan
kegiatan dramatisasi melalui perencanaan bersama guru dan para siswa.
c.
Mengadakan survaim wawancara dan mendorong
keberanian mereka dalam forum pertemuan dengan orang dewasa.
d. Memecahkan
masalah bersama siswa. Guru jangan memecahkan masalah secara samara-samar
karena tidak akan berhasil baik.
6. Dorongan
untuk Masteri (The Mastery)
Remaja memiliki keinginan
untuk berdiri sendiri. Untuk memuaskan dorongan ini guru harus memberi semangat
kepada mereka, antara lain dengan cara :
a. Membantu
setiap siswa sampai dia sukses.
b. Membebaskan
siswa dar keterbelakangan
c. Mengembangkan
kemampuan mereka secara optimal.
d. Memberikan
bimbingan dan latihan
7. Dorongan
untuk Dihargai (the Drive for
Recognition)
Setiap orang ingin dihargai
oleh orang lain. Misalnya
a. Anak
kecil ingin dikenal oleh anggota keluarga lainnya.
b. Pada masa sekolah anak mempunyai kondisi yang kuat
untuk dikenal oleh teman-temannya.
Beberapa orang siswa merasa
tidak beruntung karena mereka tidak mendapat pengakuan social sebagaimana
mestinya. Mungkin siswa yang
bersangkutan kurang kemampuannya. Guru
akan berusaha meningkatkan hasil belajarnya, bukan membeda-bedakan dari yang
lainnya. Guru perlu memberikan pujian untuk menghargai kemajuan seseorang. Ia
hendaknya berusaha menyalurkan minat siswa melalui pengalaman dalam pekerjaan
dan dalam hobinya.
8. Dorongan
untuk Merasa Memiliki (The for Belonging)
Keinginan untuk hidup
berkelompok juta terdapat di kalangan remaja. Hal ini perlu dikembangkan sejak kecil sejak anak masuk sekolah mereka
menyukai setiap orang. Hal ini dapat
dijadikan modal guru dalam memotivasi. Teknik penyajiannya ialah melalui
aktivitas kelompok, panitia kerja, percobaan, pembentukan klub-klub, khusus,
misalnya klub percakapan bahasa inggris.
E. Prinsip
Motivasi
Prinsip
ini di susun atas dasar penelitian yang seksama dalam rangka mendorong motivasi
belajar siswa di sekolah berdasarkan pandangan demokrasi. Ada 17 prinsip
motivasi yang dapat dilaksanakan:
1. Pujian lebih efektif
dari pada hukuman . hukuman
bersifat menghentikan suatu perbuatan,
sedangkan pujian bersifat menghargai
apa yang telah dilakukan. Oleh karena itu pujial lebih besar nilainya bagi
motifasi belajar.
2. Semua
siswa mempunyai kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar)
yang harus mendapat pemusatan.
Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk yang berbeda.
Para siswa yang dapat memenuhi
kebutuhannya secara efektif
melalui kegiatan belajar hanya memerlukan sedikit bantuan dalam motivasi
dan disiplin.
3. Motivasi
yang berasal dari dalam individu lebih efektif dari pada motivasi yang dipaksakan dari luar. Kepuasan yang didapat
oleh individu itu sesuai dengan ukuran
yang ada di dalam dirinya sendiri.
4. Jawaban
( perbuatan) yang serasi (sesuai dengan
keinginan) memerlukan usaha penguatan (reinformancement)
apabila suatu perbuatan belajar mencapai tujuan maka perbuatan itu
perlu segera diulang kembali beberapa menit kemudian sehingga hasilnya lebih
mantap. Penguatan ini perlu dilakukan dalam setiap tingkat pengalaman belajar.
5 Motivasi
mudah menjalar luar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias
akan mempengaruhi para siswa sehingga mereka juga berminat tinggi dan antusias.
Siswa yang antusias akan mendorong motivasi para siswa lainnya.
6. Pemaham
yang jelas tentang tujuan belajar akan merangsang motivasi apabila seseorang
telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya, perbuatannya kearah itu akan
lebih besar daya dorongnya.
7. Tugas-tugas
yang bersumber dari diri sendir akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk
mengerjakannya ketimbang bila tugas-tugas itu dipaksanakan oleh guru. Apabila
siswa diberi kesempatan untuk menemukan masalah sendiri dan memecahkannya
sendiri ia akan mengembangkan motivasi dan disiplin yang lebih baik.
8. Pujian-pujian
yang datannya dari luar (external
rewards) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat
yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain misalnya untuk memperoleh angka yang lebih tinggi, siswa akan berusaha lebih giat
karena minatnya menjadi lebih besar.
9. Teknik
dan prosedur mengajar yang bermacam-macam itu efektif untuk mendorong minat
siswa. Cara mengajar yang bersifat ini
akan menimbulkan situasi belajar yang menantang dan menyenangkan.
10.Minat khusus yang dimiliki oleh siswa
berdaya guna untuk mempelajari hal-hal lainnya. Minat khusus
yang telah dimiliki oleh siswa, misalnya minat bermain bola basket, akan mudah
ditransferkan kepada minat dalam bidang studi atau dihubungkan dengan
masalah tertentu dalam bidang studi.
11.Kegiatan-kegiatan yang dapat merangsang
minat para siswa yang tergolong kurang tidak ada artinya bagi para siswa ynag tergolong pandai. Hal ini
disebabkan oleh perbedaanb tingkat abilitas pada siswa tersebut. Oleh karena
itu guru yang hendak membangkitkan minat para siswanya hendaknya menyesuaikan
usahanya dengan kondisi yang ada pada mereka.
12.Tekanan dari kelompok siswa umumnya lebih
efektif dalam memotivasi dibandingkan dengan tekanan atau paksaan dari orang
dewasa.
13. Motivasi erat hubungannya dengan kreativitas siswa. Dengan teknik mengajar
tertentu, motivasi dapat diarahkan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi
yang telah dimiliki oleh siswa apabila
diberi semacam hambatan misalnya adanya ujian yang mendadak, peraturan sekolah,
kreativitasnya akan meningkat sehingga dia lolos dari hambatan itu.
14. Kecemasan akan menimbulkanm kesulitan belajar.
Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar sebab akan mengakibatkan
pindahnya perhatiannya kepada hal laan sehingga kegiatan belajarnya menjadi
tidak efektif.
15. Kecemasan dan frustasi dapat membantu
siswa berbuat lebih baik. Emosi yang lemah dapat menimbulkan perbuatan yang lebih energetic,
kelakuan yang lebih bergairah.
16. Tugas yang terlalu sukar dapat
mengakibatkan frustasi sehingga dapat menuju kepada demoralisasi. Karena
terlalu sulitnya tugas itu, para siswa cenderung melakukan hal-hal yang tidak wajar sebaga
manifestasi dari frustasi yang terkandun di dalam dirinya.
17. Tiap siswa mempunyai tingkat frustasi
dan toleransi yang berlain-lainan. Ada siswa yang kegagalannya justru
menimbulkan insentif, tetapi ada anak yang selalu berhasil malahan menjadi
cemas terhadap kemungkinan timbulnya kegagalan. Hal ini tergantung pada stabilitas
emosi masing-masing.
F. Teknik
Memotifasi Berdasarkan Teori Kebutuhan
1. Pemberian Penghargaan atau Ganjaran
Teknik ini dianggap berhasil
bila menumbuh kembangkan minat anak untuk mempelajari atau mengajarkan sesuatu.
Tujuan pemberian penghargaan adalah membangkitkan atau mengembangkan minat.
Jadi penghargaan ni menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan Karena telah
melakukan kegiatan belajar dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan
belajarnya sendiri di luar kelas.
2. Pemberian
Angka atau Grade
Apabila pemberian angka atau
grade didasarkan atas perbandingan
interpersonal dalam prestasi akademis, hal ini akan menimbulkan dua hal : anak
yang mendapat angka baik dan anak yang mendapat angka jelek. Pada anak yang
mendapat angka jelek mungkin akan berkembang rasa rendah diri dan tidak ada
semangat ter hadap pekerjaan-pekerjaan sekolah.
Dalam hubungan ini, William
Glasser dalam Schools without Failure (1969) (dalam Hamalik Umat, 2000:184)
menyatakan “ karena grade a tau angka
itu lebih banyak menekankan kegagalan daripada keberhasilan dan karena
kegagalan itu merupakan dasar bagi timbulnya masalah-masalah, maka saya
menyarankan system pelaporan kemajuan
siswa yang keseluruhannya menghilangkan
kegagalan. Saya menyarankan jangan ada
siswa yang tergolomng gagal atau hal-hal yang menyebabkan a merasa gagal dengan
adanya system angka”.
3. Keberhasilan dan tingkat Aspirasi
Istilah “tingkat aspirasi”
menunjuk kepada tingkat pekerjaan yang diharapkan pada masa depan berdasarkan keberhasilan
atau kegagalan dalam tugas-tugas yang mendahuluinya. Konsep ini berkaitan erat
dengan konsep seseorang tentang dirinya dan kekuatan-kekuatannya.
Menurur Smith apa yang
dicita-citakan seseorang untuk dikerjakan pada masa datang tergantung pada
pengamatannya tentang apa—apa yang mungkin baginya. Menurut Borow, tingkat
aspirai banyak tergantung pada inteligensi, status social ekonomi, hubungan dan
harapan orang tua. Akan tetapi faktor
yang paling kuat adalah perbandingan besar-kecilnya (proporsi)
pengalaman tentang keberhasilan dan kegagalan (Hamalik, Oemar, 2000:185)
Dalam hubungan ini guru dapat
menggunakan prinsip bahwa tujuan-tujuna harus dapat dicapai dan para siswa
merasa bahwa mereka akan mampu mencapainya.
4. Pemberian
Pujian
Teknik lain untuk memberikan
motivasi adalah pujian. Namun harus diingat bahwa efek pujian itu tergantung pada siapa yang
memberi pujian dan siapa yang menerima pujian itu. Para siswa yang sangat membutuhkan
keselamatan dan harga diri, mengalami kecemasan dan merasa tergantung para
orang lain akan responsive terhadap pujian. Pujian dapat ditunjukkan
baik secara verbal maupun secara non verbal. Dalam bentuk nonverbal misalnya anggukan kepala, senyuman atau
tepukan bahu .
5. Kompetisi
dan Kooperasi
Persaingan
merupakan insentif pada kondisi-kondisi tertentu, tetapi dapat merusak pada
kondisi yang lain. Dalam kompetisi harus terdapat kesepakatan uyan sama untuk
menang. Kompetisi harus mengandung suatu tingkat kesamaan dalam sifat-sifat
para peserta.
Ada tiga jenis persaingan yang efektif:
a. Kompetisi
interpersonal antara teman-teman sebaya sering menimbulkan semangat persaingan.
b. Kompetisi
kelompok di mana setiap anggota dapat
memberikan sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan kelompok merupakan
motivasi yang sangat kuat.
c. Kompetisi
dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang prestasi terdahulu, dapat
merupakan motivasi yang efektif.
Adapun kebutuhan akan
realisasi diri, diterima oleh kelompok dan kebutuhan akan rasa aman dan
keselamatan dapat lebih banyak dipenuhi dengan cara kerja sama. Menurut lowry
dan Rankin (1969) kerja sama adalah fungsi utama dan merupakan bentuk yang
paling dasar dari hubungan-hubungan antar kelompok (dalam Hamalik, Umar, 2000:
186)
6. Pemberian
Harapan
Harapan selalu mengacu ke
depan Artinya, jika seseorang berhasil melaksanakan tugasnya atau berhasil
dalam kegiatan belajarnya dia dapat memperole dan mencapai harapan-harapan yang
telah diberikan kepadanya sebelumnya. Itu sebabnya pemberian harapan kepada
siswa dapat menggugah minat dan motivasi belajar asalkan siswa yakin bahwa
harapannya bakal terpenuhi kelak. Harapan itu dapat merupakan hadiah,
kedudukan, nama baik, atau sejenisnya. Sebaliknya cara ini tidak menghasilkan
apa-apa jika tidak memenuhi harapan yang diberikan kepada para siswa.
G. Pengajaran
Berbasis Proyek/Tugas
Pengajaran
berbasis proyek/tugas terstruktur (project-based
learning) membutuhkan suatu
pendekatan pengajaranm komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain
agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman
materi dari suatu topic mata pelajaran dan melaksanakan tugas bernama lainnya.
Pendekatna ini memperkenalkan siswa untuk secara mandiri dalam
mengkonstruksikannya dalam produk nyata (Buck institute for Education, 2001)
Siswa diberikan tugas/ proyek yang
kompleks, sulit, lengkap, tetapi realistis/autentik dan kemudian diberikan
bantuan secukupnya agar mereka dapat
menyelesaikan tugas mereka (bukan diajar sedikit demi sedikit komponen-komponen suatu tugas
kompleks yang padu suatu diharapkan akan
terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut).
Prinsip ini digunakan untuk menunjang pemberian tugas kompleks di kelas seperti
proyek, simulasi, penyelidikan masyarakat, menulis untukj disajikan kepada
forum mendengar yang sesungguhnyam dan tugas-tugas autentik lainnya. Istilah
situated learning (Prawat, 1992)
digunakan untuk menggambarkan pembelajaran yang terjadi di dalam kehidupan nyatam,
tugas-tugas outentik/asli yang sebenarnya.
Tidak memandang apakah suatu tugas
harus dikerjakan sebagai pekerjaan kelas
atau sebagai pekerjaan rumah, empat prinsip berikut ini membantu siswa dalam
perjalanan mereka menjadi pembelajaran mandiri yang efektif.
1. Membuat
tugas bermakna, jelas dan menantang
Salah satu tantangan paling
sukar yang dihadapi guru pada saat mereka menggunakan pekerjaan kelas atau
pekerjaan rumah adalah menjaga siswa tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri,
sangat mudah bagi siswa untuk kehilangan
minat dan melakukan tindakan yang tidak
relevan khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa
tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri yang dapat dipertahankan ketertiban
siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat
apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu dan
apa yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap
berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah
apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secara bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjuk
bahwa guru jarang menaruh perhatian pada tujuan pekerjaan kelas atau
strategi-strategi belajar yang terlibat. Sebaliknya guru menekankan pada
arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dapat menghabiskan waktu banyak menjelaskan kepada siswa di mana
menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun jawaban-jawabannya. Sementara
petunjuk-petunjuk tentang “ apa yang dilakukan
“ adalah penting guru tidak
menyertakan penjelasan tentang “
mengapa” sesuatu harus dikerjakan dan
proses-proses pembelajaran yang
terlibat. Sebelum memberikan suatu tugasm guru hendaknya mempertimbangkan ciri penting itu secara
seksama dan kemudian menyediakan waktu cukup untuk menjelaskan cirri penting
itu kepada siswa.
2. Menganekaragamkan
tugas-tugas
Sama dengan kehidupanb pada
umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan
rumah siswa kemungkinan besar tetap terlibat dan mengerjakan pekerjaan
mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi
dan menarik daripada tindak monoton.
Guru yang efektif mengubah panjang dan
cara tugas yang diberikan di samping hakikat tugas belajar dan
strategi-strategi kognitif yang terlibat.
Membaca dalam hati, laporan proyek-proyek khusus dan bahan-bahan multimedia
menawarkan berbagai macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan
kemungkinan tidak terbatas dan tidak ada
alas an bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.
3. Menaruh
perhatian pada tingkat kesulitan
Menetapkan tingkat
kesulitan yang cocok atas tugas-tugas
yang diberikan kepada siswa merupakan suatu bahan baku penting untuk
keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyesuaian tugas-tugas
tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas tersebut
seharusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil
tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan guru
terlalu mudah. Mereka menyikapi
tugas-tugas seperti sebagai pekerjaan yang tidak menantang. Pada umumnya tugas
yang baik perlu memiliki tngkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa
memandangnya sebagai sesuatu yang menantangm namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan
pemecahannya dan mengerjakannya tugas tersebut atas jerih payah sendiri.
4. Monitoring
Kemajuan siswa
Akhirnya, merupakan hal
penting bagi guru untuk memonitoring tugas-tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan
rumah. Monitoring hendaknya meliputi pengecekan untuk menetahui apakah siswa
memahami tugas mereka dan proses-proses
kognitif yang terlibat. Monitoring
ini juga termasuk pengecekan pekerjaan siswa dan pengembalian tugas
dengan umpan balik. Pada saat beberapa
sswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan siswa lain
dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk berkeliling di
antara siswa yang bekerja untuk
memastikan apakah mereka memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa
lain. Apabila siswa bekerja dalam kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada
dalam kelompok-kelompok tersebut secara bergantinga dan berkeliling di antara
siswa yang bekerja secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan
waktu, hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan
kepada mereka dengan umpan balik.
2 komentar:
Ninggalin jejak
Siap bos
Post a Comment