BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Belajar
merupakan inti dari kegiatan sekolah. Hampir dalam setiap kegiatan
pembelajaran, guru dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Dalam hal ini guru mempunyai kewajiban untuk membantu mengatasi dengan cara
memberikan bimbingan yang sesuai dengan kesulitan yang dialami oleh siswa.
Bimbingan berupa bantuan
belajar yang diberikan secara khusus sehingga siswa yang mengalami kesulitan
dapat mencapai hasil yang optimal.
Dalam pembelajaran dikelas, guru sangat sering
menjumpai beberapa siswa yang mengalami kesulitan belajar, khususnya belajar
bahasa. Pada umumnya kesulitan yang dialami siswa itu berkaitan dengan aspek
penggunaan dan pemahaman bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, lisan maupun
tertulis. Sebagaimana diketahui, bahwa bahasa menduduki peranan yang sangat
penting dalam lingkungan komunikasi. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi,
karena dengan bahasa manusia dapat menyampaikan perasaan, keinginan, harapan,
kepada semua manusia (Poerwadarminta, 1984). Dari kutipan tersebut kita dapat
menyampaikan keinginan secara lisan maupun tertulis. Kalaupun kita memilih
dialog secara tertulis, ditekankan pada si penulis harus mampu menggunakan
bahasa tulis yang baik dan benar.
Dalam
kehidupan sehari-hari, jenis kegiatan yang paling banyak dilaksanakan oleh umat
manusia adalah berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Bukankah bila anda
diam (berpikir, merenung, mengingat-ingat) itu sebenarnya membaca juga?
(Samsuri, 1971 : 3).
Pentingnya bahasa tidak dapat
dibuktikan dengan banyaknya pemakaian bahasa dalam kehidupan sehari-hari,
tetapi yang lebih luas lagi ialah bahasa menunjukkan bangsa. Didalam pelajaran
Bahasa Indonesia kelas tinggi di SD, yaitu kelas 3 sampai kelas 6, suatu
ketrampilan berbahasa yang selalu dilatihkan ialah membaca.
Untuk
menunjang kemampuan siswa dalam mempelajari berbagai mata pelajaran, berkaitan
erat adalah pelajaran membaca. Pelajaran membaca sebagai suatu ketrampilan
sebagai alat dasar untuk mempelajari pelajaran lain seperti IPS, IPA dan
Matematika. Dengan demikian pelajaran Bahasa Indonesia, khususnya membaca dapat
dianggap sebagai pintu gerbang untuk mengenal, memahami, dan mendalami
pelajaran lain. Berarti pelajaran Bahasa Indonesia memiliki fungsi ganda
sebagai bahasa pengantar dalam mengawali dan memperluas wawasan siswa dengan
mata pelajaran lainnya, disamping memperdalam pelajaran Bahasa Indonesia itu
sendiri.
Sesuai dengan kenyataan atau
yang terjadi secara alamiah dalam kehidupan sehari-hari, ketrampilan membaca
tidak dipisahkan mutlak dengan ketrampilan berbahasa yang lain, seperti
berbicara, menyimak, dan menulis.
Sebagai
contoh di dalam komunikasi dengan bahasa atau berhubungan sosial, menyimak atau
mendengarkan pendapat orang lain atau menulis hal hal penting.
Kelas terakhir
di sekolah dasar, yaitu kelas VI memiliki tujuan membaca sebagai berikut :
1. Siswa mampu membaca teks bacaan serta
dapat mengutarakan pendapat dan tanggapan isinya.
2. Siswa mampu membaca sekilas suatu teks
bacaan dan menemukan garis besar intinya.
3. Siswa mampu memahami cerita, puisi, drama,
dan dapat menceritakan kembali, memberikan kesan, dan tanggapan.
Tujuan
membaca diatas sangat erat dengan pengembangan wawasan ilmu pengetahuan maupun
mata pelajaran lain.
Karena hal-hal itulah, penulis
memilih judul ”Penerapan Metode
Bimbingan Belajar Terhadap Siswa Kelas VI Yang Mengalami Kesulitan Belajar
Bahasa Indonesia ”. Menurut pengalaman penulis, siswa yang
mendapat kesulitan membaca dan memahami isi bacaan akan sulit pula memahami
pelajaran lainnya, terutama soal cerita dalam mata pelajaran Matematika. Perlu
diketahui bahwa kesulitan belajar bukan merupakan bagian dari penilaian hasil
belajar, melainkan merupakan bagian dari proses pembelajaran, Jadi hal ini
dapat diatasi, diperbaiki, dan ditemukan pemecahannya.
1.2
Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada siswa-siswa
Kelas VI Di MI SABILUL HUDA Senden Kecamatan Peteronganh Kabupaten Jombang
Tahun Pelajaran 2008/2009.
1.3
Perumusan Masalah
1. Adakah perbedaan pretasi belajar siswa
sehubungan dengan perbedaan bimbingan belajar yang diberikan guru.
2. Sejauh mana hubungan antara bimbingan
belajar dengan prestasi belajar siswa.
1.4
Tujuan dan Manfaat Listrik
- Tujuan
penelitian ini adalah untuk mendapatkan pengetahuan tentang pengaruh
bimbingan belajar dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa
Indonesia Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI.
- Sedangkan
manfaat yang diharapkan adalah dapat digunakan sebagai pengetahuan dalam
meningkatkan mutu pelajaran, khususnya dalam bimbingan belajar yang
diberikan kepada siswa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kesulitan Belajar Bahasa
2.1.1
Hakikat Kesulitan Belajar Bahasa
Dalam
proses pembelajaran di kelas, guru sering menjumpai seseorang atau beberapa
orang siswa yang mengalami kesulitan belajar bahasa. Pada umumnya, kesulitan
yang dialami siswa itu berkaitan dengan aspek penggunaan dan pemahaman Bahasa
Indonesia sebagai alat komunikasi, lisan atau tertulis.
Dalam buku The Process of Parenting, Brooks (1981) menyatakan bahwa
kesulitan belajar itu sukar didefinisikan dengan tepat. Menurutnya, secara umum
kesulitan belajar diartikan sebagai kekurangan dalam proses belajar yang
mendasar, misalnya siswa kurang memperoleh motifasi belajar, baik dari dalam
dirinya maupun dari guru, orang tua atau lingkungannya. Dipihak lain, Ahamdi dan Supriyono (1991) memaparkan
bahwa kemampuan belajar pada setiap individu siswa tidak sama; ada yang cepat
dan ada yang lambat menangkap isi pelajaran. Perbedaan individual itulah yang
menyebabkan timbulnya perbedaan tingkah laku belajar di kalangan siswa. Dalam
keadaan begini, dimana siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, seperti
itu yang disebut dengan kesulitan belajar.
Dalam
kaitannya dengan belajar bahasa, dapat dikatakan bahwa kesulitan belajar bahasa
itu merupakan kondisi yang dihadapi siswa sehingga ia tidak dapat memanfaatkan
kemampuan dirinya secara optimal untuk menguasai materi pelajaran Bahasa
Indonesia. Oleh sebab itu, guru seharusnya memandang kesulitan belajar bahasa
itu sebagai bagian dari proses pembelajaran bahasa di kelas. Dengan cara
pandang seperti itu, upaya guru dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar bahasa sekaligus dapat difungsikan untuk memantapkan penguasaan siswa
terhadap materi pelajaran Bahasa Indonesia yang dipelajarinya.
Menandai
adanya kesulitan belajar Bahasa Indonesia yang dialami siswa dalam kelas dapat
anda lakukan dengan mudah. Caranya dengan meneliti nilai ulangan Bahasa
Indonesia tiap siswa dalam satu kelas. Bandingkan nilai yang dicapai oleh
setiap siswa dengan nilai rata-rata kelas, analisislah pekerjaan ulangannya
untuk mencari jenis kesalahan yang dilakukannya. Cara lain dengan mengobservasi
proses pembelajaran di kelas. Adakah siswa yang menampakkan penyimpangan tingkah
laku, misalya dalam menyimak, berbicara, membaca, atau menulis? Jika ada
berarti siswa mengalami kesulitan belajar itu menampakkan tingkah laku sebagai
berikut; hasil belajarnya rendah, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan
usaha yang telah dilakukannya, lambat dalam melaksanakan tugas-tugas belajar.
Untuk mengetahui lebih mendalam tentang kesulitan yang dialami siswa itu, guru
perlu mewawancarainya. Selain cara mendeteksi ada tidaknya siswa yang mengalami
kesulitan belajar dalam kelas, adapun perlu memahami faktor-faktor yang
menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar bahasa.
Faktor-faktor
penyebab kesulitan belajar bahasa bersumber dari dalam (internal) dan dari luar
dirinya (eksternal).
2.1.2
Faktor Penyebab yang Bersifat Internal
1. Motivasi
Kekurang pahaman terhadap
manfaat berbahasa dengan baik dan benar akan mengurangi minat siswa belajar
bahasa. Akibatnya ia memandang remeh dan kurang berminat untuk belajar. Sikap
”kurang menghargai” ini menyebabkan motivasi belajar Bahasa Indonesia rendah
pada diri siswa.
2. Kemampuan Dasar Intelektual
Kemampuan dasar intelektual
yang rendah dapat menyebabkan siswa gagal dalam mengikuti pelajaran Bahasa
Indonesia.
3. Kebiasaan Belajar
Kebiasaan belajar yang salah
atau kurang memadai, misalnya tidak menggunakan fasilitas belajar yang
tersedia, belajar hanya pada waktu akan ada ulangan saja memungkinkan prestasi
belajar yang dicapai siswa rendah.
4. Kemampuan dan Ketrampilan Dasar
Kemampuan dasar memahami dari
ketrampilan menggunakan bahasa kurang dikuasai siswa, misalnya menyimak dan
membaca serta berbicara dan menulis, ikut menentukan keberhasilan siswa dalam
belajar Bahasa Indonesia
5. Bahasa Ibu
Untuk sebagian besar siswa MI,
Bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua. Dalam kehidupan sehari-hari
dilingkungan keluarganya, siswa menggunakan bahasa ibu (bahasa daerah) sebagai
alat untuk berkomunikasi. Pola pola kalimat dan kosa kata dari bahasa ibu
sedikit banyak akan mempunyai pengaruh yang kurang menguntungkan bagi siswa
dalam belajar Bahasa Indonesia
6. Perbendaharaan Pengalaman (skemata)
Sedikit banyaknya
perbendaharaan pengalaman atau skemata dalam berbahasa Indonesia dapat
mempengaruhi kelancaran siswa belajar Bahasa Indonesia.
Siswa yang
mempunyai kegemaran membaca cerita atau dongeng yang ditulis dalam Bahasa
Indonesia, senang menulis puisi atau mencatat kejadian kejadian penting yang
dialaminya dalam buku harian, akan lebih mudah belajar Bahasa Indonesia di
sekolah daripada siswa yang tidak memiliki kegemaran seperti itu.
2.1.3
Faktor Penyebab yang Bersifat Eksternal
Faktor
sarana penunjang sangat menentukan bagi keberhasilan siswa dalam belajar Bahasa
Indonesia. Oleh banyak pendidikan dan pemerhati pendidikan di MI faktor ini
dianggap paling dominan. Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa pengajaran Bahasa
Indonesia di MI terjadi akibat sangat minimnya sarana penunjang di perpustakaan
sekolah, atau perpustakaan sekolah yang sudah ada belum difungsikan secara
optimal. Disamping itu, metode pembelajaran yang ditetapkan guru kurang
menantang sisw untuk belajar dengan sungguh-sungguh atau pemilihan bahan
pengajaran yang kurang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga siswa merasa
bosan atau frustasi.
2.2
Jenis-jenis Kesulitan Belajar Bahasa
Bahasa
hidup dalam masyarakat. Oleh masyarakat bahasa digunakan sebagai alat untuk
saling ”mengirimkan” pesan. Dengan perkataan lain, bahasa digunakan sebagai
alat untuk berkomunikasi, alat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan, baik
secara lisan maupun tulisan.
Dalam
Kurikulum Pendidikan Dasar Tahun 1994 pengertian bahasa bukan pengertian
linguistik melainkan pengertian secara sosial (Depdikbud, 1994/1995). Secara
social bahasa diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk
bermacam-macam fungsi sesuai dengan keinginan si penutur, misalnya untuk
menyatakan informasi factual (mengidentifikasi, melaporkan, menanyakan,
mengoreksi), menyatakan sifat intelektual (menyatakan setuju atau tidak setuju,
menyanggah), menyatakan sifat emosional (senang, tidak senang, harapan,
kepuasan) menyatakan sikap moral (minta maaf, menyatakan penyesalan,
penghargaan) menyatakan perintah (mengajak, mengundang, memperingatkan,
bersosialisasi (menyapa, memperkenalkan diri, mengucapkan selamat, minta
perhatian).
Berdasarkan pengertian ini
dapatlah dipahami bahwa pada hakekatnya belajar bahasa adalah belajar
berkomunikasi.
Dengan
demikian pelajaran Bahasa Indonesia di MI harus diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia secara lisan dan
tertulis. Oleh karena itu, bahan pelajaran Bahasa Indonesia yang tercantum
dalam kurikulum dimaksudkan untuk digunakan bagi pengembangan kemampuan dasar
pengguna bahasa (berbicara dan menulis) serta pemahaman (menyimak dan membaca).
Berdasarkan
paparan di atas jelaslah, kesulitan belajar bahasa yang mungkin dialami oleh
siswa kelas 3 – 6 SD berkaitan dengan kesulitan belajar menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis.
Mungkin juga siswa mengalami
kesulitan belajar kebahasaan atau struktur. Kesulitan pokok yang dialami siswa
dalam belajar struktur itu berkaitan dengan penggunaan kalimat efektif.
Artinya kalimat
yang disusun siswa tidak gramatika atau tidak jelas maksudnya, tampak dalam
karangannya. Disamping itu penggunaan ejaan dan pungtuasi juga merupakan hal
yang kurang dikuasai siswa dalam mengarang.
Berdasarkan
uraian diatas, kesulitan belajar bahasa dapat dirinci menjadi kesulitan belajar
ketrampilan berbahasa dan kesulitan belajar atau struktur.
2.2.1
Kesulitan Belajar Ketrampilan Berbahasa
Seperti
anda ketahui, ketrampilan berbahasa terdiri dari menyimak, berbicara, membaca
dan menulis. Dari segi komunikasi, ketrampilan menyimak dan berbicara termasuk
bentuk komunikasi lisan. Sedangkan ketrampilan membaca dan menulis adalah
bentuk komunikasi tertulis.
1. Kesulitan Belajar Menyimak
Menyimak
sering dipandang sebagai hal yang kurang penting sehingga pembelajarannya di
sekolah kurang mendapat perhatian guru. Umum berpendapat bahwa semua orang
tidak tuna rungu pasti mampu menyimak dengan baik. Tetapi kenyataannya tidak
demikian, bukan? Sebagai guru pasti anda sering mempunyai siswa yang mengalami
kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang sudah anda jelaskan, padahal
anda sudah menjelaskannya dengan sebaik mungkin. Hal ini mengindikasikan bahwa
siswa anda itu mengalami kesulitan menyimak.
Kesulitan
pokok yang dialami siswa dalam menyimak terjadi ketika ia menghubungkan
berbagai ide dari wacana lisan yang didengarkannya untuk membangun pemahaman
terhadap apa yang dimaksud itu. Siswa sering mengalami kesulitan untuk
menangkap pikiran pokok yang terkandung dalam wacana lisa. Jadi kesulitan
menyimak yang dialami siswa berhubungan dengan kemampuan berpikir, khususnya
dalam menarik kesimpulan dari wacana lisan yang disimaknya. Salah satu unsure
paling penting adalah mengingat. Mengingat diartikan menyimpan pemahaman dalam
ingatan. Harus dibedakan antara mengingat tanpa retensi jangka panjang. Pada
mengingat tanpa retensi, pemahaman tidak perlu disimpan dulu dalam ingatan jika
menyimak telah dapat mengikuti pesan ujaran yang disimak, misalnya dalam
melaksanakan perintah. Pada mengingat dengan retensi jangka pendek, penyimak
telah mampu memahami dan menyimpan pesan ujaran yang segera diikuti dengan
reproduksi pesan itu. Bantuan yang diberikan untuk mengatasi kesulitan yang
dialami siswa dalam hal mengingat seperti itu berupa latihan menjawab
pertanyaan-pertanyaan. Caranya guru menulis lebih dulu semua jawaban pertanyaan
dipapan tulis. Sesudah itu, ajukan satu pertanyaan secara lisan. Siswa memilih
jawaban yang tertulis dipapan tulis. Pertanyaan berikutnya diucapkan guru,
siswa memilih jawaban di papan tulis, dan begitu selanjutnya.
Kesulitan
dalam mengingat dengan retensi jangka panjang terjadi karena siswa belum mampu
mengingat, mencamkan, menyimpan dan memproduksi pesan-pesan yang ada dalam
wacana lisan yang disimaknya. Untuk mengatasi hal itu, siswa diminta
mendiskusikan dengan teman-temannya isi wacana lisan yang telah dibacakan atau
diperdengarkan kira-kira sepuluh menit.
2. Kesulitan Belajar Berbicara
Kesulitan
siswa dalam belajar berbicara berkaitan dengan penggunaan Bahasa Indonesia
dengan baik dan benar serta berhubungan dengan faktor yang bersifat kejiwaan. Kemampuan siswa berbicara Bahasa Indonesia
masih jauh dari harapan guru. Kesulitan dalam itu umumnya terjadi pemilihan
kata (diksi), penggunaan struktur kalimat dan penyampaian pikiran secara
runtut. Kesulitan yang bersifat psikologis timbul karena siswa mengalami
hambatan berbicara, ia mengalami “demam panggung”. Untuk mengatasi hal itu
siswa hendaknya diberi kesempatan sebanyak mungkin untuk berbicara dalam
situasi formal sehingga dalam situasi seperti itu ia termotif untuk menggunakan
Bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
3. Kesulitan Belajar Membaca
Pelajaran
membaca di kelas 3–6 MI terdiri dari membaca bersuara atau membaca teknis dan
membaca dalam hati atau membaca pemahaman. Membaca bersuara masih sangat sering
diberikan di kelas 3. Sebaliknya dikelas 4, 5, dan 6 membaca dalam hati
merupakan inti pelajaran membaca.
Ø Membaca Bersuara
Kesulitan belajar yang dialami
siswa dalam membaca tampak pada hal-hal berikut :
a. Membaca kata demi kata.
Kalimat dibaca demi kata. Artinya
siswa behenti setelah membaca sebuah kata dan tidak segera diikuti dengan
membaca kata berikutnya.
Hal itu disebabkan oleh
kegagalan menguasai ketrampilan memecahkan kode (decoding), memahami makna kata
atau oleh kekurang lancarnya dalam membaca. Untuk mengatasi kesulitan seperti
itu, cara-cara berikut dapat kita gunakan.
b. Pilih wacana yang tingkat keterbacaannya
setingkat lebih rendah dari tingkat keterbacaan wacana yang umum digunakan
kelas.
c. Suruh siswa menulis kalimat, kemudian
minta ia membaca kalimat itu dengan keras.
d. Jika kesulitan disebabkan oleh kurangnya
penguasaan kosa kata, perkayalah kosa kata siswa.
e. Jika siswa tidak menyadari bahwa membaca
kata demi kata, rekamlah kegiatan siswa membaca kemudian perdengarkan kembali
hasilnya.
Ø Pemfrasean Yang Salah
Dalam membaca, siswa mengenal
kalimat (berhenti) pada yang tidak tepat, tidak memperhatikan pungtuasi. Bila
hal itu tidak segera diatasi, siswa akan mengalami banyak hambatan dalam proses
membaca dan sesungguhnya, yaitu membaca dalam hati. Gunakan cara berikut untuk
mengatasi kesulitan seperti itu.
a. Jika kesalahan disebabkan oleh
ketidaktahuan siswa akan makna kelompok kata (frase), sajikan kalimat-kalimat
yang telah diberi tanda penggalan untuk dibaca siswa sebagai bahan latihan
membaca.
Contoh :
Ayah / sedang membaca Koran /
di ruang depan.
Pada saat itu / suasana di
rumah / sepi.
Ibu / tampak / sedang asyik /
menjahit baju.
b. Jika kesalahan disebabkan oleh
ketidaktahuan siswa akan tanda baca, perkenalkan fungsi tanda baca dan cara
membacanya.
c. Berikan sebuah paragraf tanpa tanda baca
dan surulah siswa membacanya.
Ø Penghilangan
Siswa suka menghilangkan kata
atau frase dari teks yang dibacanya. Maksudnya ada kata atau frase yang sengaja
tidak dibaca atau dilewati begitu saja. Hal itu disebabkan oleh ketidakmampuan
siswa mengeja huruf-huruf yang membentuk kata atau frase. Untuk mengatasinya,
beberapa cara berikut dapat anda tempuh.
a. Lakukan koreksi tidak langsung, misalnya
suruh membaca ulang, ketika siswa melakukan penghilangan dalam membaca
bersuara.
b. Kenali kata yang biasa dihilangkan
c. Berikan latihan membaca kata frase yang
sering dihilangkan itu.
Ø Pengulangan
Mengulang baca kata atau frase
disebabkan oleh faktor tidak mengenal kata, kurang mampu mengeja huruf atau
ketrampilan membaca rendah. Untuk mengatasinya, lakukan cara-cara sebagai
berikut :
a. Siswa perlu didasarkan bahwa mengulang
kata pada waktu membaca merupakan kebiasaan yang tidak menguntungkan.
b. Kenali kata yang biasa diulang baca siswa
c. Latihan membaca kata yang sering diulang
baca itu.
Ø Pembalikan
Siswa menggunakan orientasi
dari kanan ke kiri dalam membaca, misalnya sapu dibaca upas. Pembalikan dapat
pula terjadi dalam membaca huruf, misalnya huruf b dibaca d. Hal seperti itu
acapkali dilakukan oleh siswa yang kidal. Disamping itu rendahnya penguasaan
huruf yang menyebabkan munculnya itu.
a. Siswa perlu disadarkan bahwa menggunakan
orientasi dari kanan ke kiri pada waktu membaca latihan itu salah.
b. Siapkan kata-kata yang memiliki kemiripan
bentuk untuk latihan membaca misalnya pipi dan gigi babu dan dadi.
Ø Penyisipan
Siswa menambahkan atau
menyisipkan kata atau frase dalam kalimat yang sedang dibacanya, misalnya
kalimat # ia belajar di rumah temannya kemarin #. Kebiasaan seperti itu jika
tidak segera diatasi dapat menghambat kecepatan membacanya. Untuk mengatasi kesulitan seperti itu,
suruhlah siswa membaca kalimat pelan-pelan. Ingatkan jika ia melakukan
penyisipan.
Ø Penggantian
Dalam membaca siswa mengganti
kata tertentu dengan kata lain yang merupakan sinonimnya. Hal itu disebabkan
oleh ketidakmampuan siswa membaca kata tertentu meskipun ia tahu maknanya.
Misalnya karena tidak dapat membaca kata seyogyanya, siswa menggantinya dengan
kata sebaiknya. Untuk mengatasi kesulitan, berikut dapat anda gunakan :
a. Gunakan bahan membaca yang tergolong
mudah.
b. Tandai kata-kata yang sulit dibaca siswa.
c. Latihan cara membaca kata-kata yang sulit
dibaca.
Ø Membaca Dalam Hati
Membaca dalam hati umumnya
dilakukan orang untuk memahami isi wacana yang dibacanya. Hal-hal yang
sekiranya dapat merupakan penghambat proses pemahaman dalam membaca perlu
perhatian guru. Kebiasaan siswa menggerak gerakkan bibir, menggunakan jari
telunjuk atau menggerakkan kepala dari kiri ke kanan sewaktu membaca dapat
menghambat proses pemahaman terhadap isi wacana. Proses pemahaman juga
terhambat bila siswa tidak mengenal makna beberapa kata yang terdapat dalam
wacana yang dibacanya. Hal itu disebabkan oleh kurangnya penguasaan terhadap
kosa kata dan unsur konteks (kalimat dan hubungan antar kalimar). Tidak
mengenal ide pokok, ide penjelas dan hubungaan antar ide serta tidak mampu
menarik kesimpulan juga merupakan wujud kesulitan belajar yang mungkin dialami
siswa. Siswa merasa bingung untuk mengidentifikasi ide pokok dan ide penjelas
dalam wacana. Ia tidak tahu mana yang menjadi sebab dan mana yang merupakan
akibat. Ia tidak dapat menarik kesimpulan. Akibatnya, rangkuman yang buatnya
tidak menggambarkan isi wacana yang dibacanya. Cara-cara berikut dapat
digunakan untuk membantu sisw yang mengalami kesulitan semacam itu :
1. Untuk membantu siswa yang mempunyai kebiasaan
berkomat kamit, menggunakan telunjuk untuk mengikuti baris-baris kalimat dalam
wacana, dan menggerakkan kepala dari kiri ke kanan pada waktu membaca dalam
hati, tempuhlah cara sebagai berikut :
- Suruh siswa menggumankan satu kalimat yang
dibacanya. Selanjutnya mintalah ia membaca kalimat itu kembali tanpa mengguman.
- Jelaskan bahwa kebiasaan berkomat kamit
dalam membaca pemahaman itu akan menghambat proses pemahaman terhadap isi
wacana.
- Siswa juga dapat menggunakan jari telunjuk
tangannya atau menggerak gerakan kepalanya dari kiri ke kanan pada waktu
membaca harus teliti, jangan-jangan ia mengalami gangguan pada matanya. Bila
memang mengalami gangguan pada matanya, sediakan baginya bacaan dengan huruf
dengan benar dan jelas, latihan teknik membaca frase, dan beritahu bahwa
kebiasaan yang sering ia lakukan itu akan merugikan diri sendiri.
2. Agar siswa dapat menangkap pesan wacana
yang dibacanya dengan lancar, jelaskan arti kata-kata sukar sebelum siswa mulai
membaca. Kata-kata yang sulit dilafalkan dengan latihan membaca dengan metode
SAS.
3. Kesulitan dalam mengenali ide pokok dan
ide penjelasan dalam paragraf, hubungan antar ide dan kesulitan dalam membuat
kesimpulan dapat diatasi dengan cara berikut :
- Jelaskan penanda kalimat yang mewadahi ide
pokok dalam paragraf (pada awal atau akhir kalimat).
- Petakan antar ide yang terdapat dalam
suatu wacana dengan diagram, bagan atau gambar.
- Jelaskan langkah-langkah menarik
kesimpulan dengan penekanan pada penggunaan proses berpikir secara kritis dan
kreatif.
4. Kesulitan Belajar Menulis
Pada dasarnya, kesulitan yang
dialami siswa dalam menulis berkaitan dengan penggunaan struktur dan
pengembangan ide. Kalimat-kalimat yang disusun siswa tidak gramatikal sehingga
sukar dipahami maksudnya. Hal ini diperburuk lagi kurangnya penguasaan terhadap
ejaan dan pungtuasi. Dalam pengembangan ide, acapkali pola pikir yang digunakan
siswa sangat kacau. Akibatnya karangannya sukar dipahami maksudnya. Cara yang
baik untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar menulis dengan memberikan
latihan menulis sesering mungkin.
2.2.2
Kesulitan Belajar Kebahasaan
Dalam
kurikulum MI pengajaran atau struktur tidak dinyatakan secara ekslipsist.
Pengajaran struktur terkait dengan pengajaran ketrampilan. Umumnya kesulitan
yang dialami siswa berhubungan dengan penggunaan kalimat efektif. Kalimat yang
digunakan siswa dalam kegiatan berbicara dan menulis sering tidak gramatikal.
Dalam kegiatan menulis selain kurang mampu menggunakan kalimat efektif siswa
juga mengalami kesulitan dalam menggunakan ejaan dan pungtuasi. Untuk mengatasi
hal itu beri siswa latihan sesering mungkin membuat kalimat berdasarkan contoh
yang diberikan guru. Dalam hal ini bimbingan diberikan secara terpadu dengan
pembeajaran ketrampilan berbahasa.
2.3
Bimbingan Belajar Bahasa
Belajar
merupakan inti dari kegiatan sekolah. Hampir dalam setiap kegiatan
pembelajaran, guru dihadapkan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Dalam hidup ini guru mempunyai kewajiban untuk membantu mengatasinya dengan
cara memberikan bimbingan yang sesuai dengan kesulitan yang dialami oleh siswa
yang bersangkutan. Bimbingan berupa bantuan belajar yang diberikan secara
khusus sehingga siswa yang mengalami kesulitan tersebut terbantu untuk mencapai
hasil belajar yang optimal. Hal-hal yang perlu anda ketahui dengan topik-topik
diatas akan dibahas dalam paparan sebagai berikut.
2.3.1
Fungsi Bimbingan Belajar
Beberapa
fungsi bimbingan belajar Adalah sebagai berikut :
a.
Fungsi Korektif
Pelaksanaan program bimbingan
belajar merupakan usaha memperbaiki kekurang tepatan yang sebelumnya dilakukan
guru dalam pembelajaran di kelas, misalnya kekurangan dalam merumuskan tujuan
dalam menggunakan metode pembelajaran, dalam memilih materi pelajaran, dalam
menyusun perangkat evaluasi dan dalam mengelola pelajaran.
b.
Fungsi Penyesuaian
Bimbingan belajar mendorong
siswa agar menyesuaikan diri dengan situasi belajar di kelas. Siswa dapat
belajar sesuai dengan keadaan pribadinya sehingga ia memiliki peluang yang
besar untuk mencapai prestasi belajar yang baik. Tuntutan belajar yang dibebankan
pada dirinya disesuaikan dengan sifat, jenis dan latar belakang kesulitan yang
dialami sehingga ia terdorong untuk belajar.
c.
Fungsi Akselerasi
Siswa yang tergolong lambat
belajar dapat ditingkatkan kecepatan belajarnya melalui program bimbingan
belajar karena materi dan waktu yang disediakan telah disesuaikan dengan
kesulitan yang dialaminya.
d.
Fungsi Terapeutik
Langsung atau tidak langsung
pemberian bimbingan belajar dapat menyembuhkan atau memperbaiki kondisi
kepribadian siswa yang menunjukkan adanya penyimpangan tingkah laku belajar.
Penyembuhan terhadap kondisi kepribadian siswa seperti itu dapat menunjang
pencapaian prestasi yang lebih baik.
Perlunya
pemberian bimbingan atau bantuan belajar dapat dilihat dari beragai segi
misalnya dari segi siswa, kenyataan menunjukkan bahwa masih ada saja siswa
dalam satu kelas yang prestasi belajarnya berada jauh dibawah prestasi belajar
rata-rata kelas. Dilihat dari segi guru, bahwa guru memiliki tanggung jawab
atas keseluruhan proses pendidikan disekolahnya. Dengan kata lain guru
bertanggungjawab atas tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkannya.
Timbul pernyataan, apakah semua siswa dapat mencapai tujuan itu? Itulah
sebabnya seorang guru berkewajiban membantu siswa yang mengalami kesulitan
belajar agar siswa tersebut dapat meningkatkan prestasi belajarnya dilihat dari
segi pengertian proses belajar. Belajar diartikan sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku secara keseluruhan. Dengan adanya gejala kesulitan
belajar berarti perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat dicapai.
2.4
Teknik Pemberian Bimbingan Belajar Bahasa
Bimbingan
belajar dalam bentuk pelayanan khusus bagi siswa yang mengalami kesulitan
belajar bahasa dapat diberikan secara individu atau kelompok sesuai dengan
kesulitan dan jumlah siswa yang mengalaminya.
2.4.1
Pelayanan Individual
Layanan
individual diberikan kepada beberapa orang siswa yang mengalami kesulitan yang
berbeda-beda.
Pemberian bantuannya dengan
menggunakan teknik latihan langsung dan penugasan.
a. Latihan Langsung
Dalam
proses pembelajaran, guru memberi latihan langsung kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Misalnya seorang siswa yang mengalami kesulitan membaca
dibantu dengan latihan membaca.
Wawancara yang digunakan
adalah wawancara yang tingkat kesukarannya setingkat lebih rendah dari wacana
yang digunakan oleh kelas.
Dengan bantuan langsung
seperti itu, guru dapat dengan segera mengoreksi kesalahan siswa sehingga
kemajuan belajarnya mudah dipantau.
b. Penugasan
Sesuai
dengan kesulitan yang dialami, siswa dapat diberi tugas tertentu. Tugas itu
dapat dikerjakan dalam jam atau di luar jam pelajaran. Guru tidak perlu
mengamati bagaimana siswa mengerjakan tugas itu. Yang penting guru dengan siswa
mendiskusikan hasil pengerjaan tugas itu sehingga siswa yang bersangkutan dapat
memahami kesalahan dan menemukan sendiri kebaikannya.
2.4.2
Layanan Kelompok Kecil
Beberapa
orang siswa yang mengalami kesulitan belajar yang sama dapat diberi bantuan
dalam kelompok (3 – 5 orang) pemberian bantuannya dengan teknik latihan
kelompok, belajar kelompok, dan penugasan kelompok.
a. Latihan Kelompok
Latihan
kelompok dapat dipimpin langsung oleh guru atau oleh tutor sebaya. Materi
latihan disesuaikan dengan kesulitan yang paling mendasar yang dialami oleh
siswa. Untuk latihannya dapat bermacam-macam, misalnya menjawab pertanyaan atau
menceritakan kembali isi wacana yang telah dibaca secara bergiliran, melafalkan
kata-kata tertentu dari wacana untuk membaca bersuara, dan sebagainnya. Tingkat
kebermaknaan latihan kelompok bagi siswa yang jauh lebih tinggi dari pada
latihan individual.
Dalam latihan individual,
proses interaksi hanya terjadi antara siswa dengan guru atau tutornya.
Sedangkan dalam latihan kelompok, interaksi dapat terjadi juga antara sesama
siswa.
b. Belajar Kelompok
Dalam
belajar kelompok, peranan guru bukan sebagai pengajar yang mengajarkan suatu
materi pelajaran melainkan sebagai motivator yang membimbing sekelompok siswa
aktif belajar. Bila ada kesulitan yang tidak terpecahkan oleh siswa aktif
belajar. Barulah guru memberikan bantuan. Dalam belajar kelompok diharapkan
dapat terjadi diskusi terjadi. Sesama siswa boleh saling membantu memecahkan
persoalan, bukan memberikan hasil akhirnya. Selama proses belajar kelompok,
guru hendaknya berusaha agar suasana kelompok yang hangat dan akrab terjadi sehingga
semua anggota kelompok berpartisipasi aktif dalam diskusi.
c. Penugasan Kelompok
Kelompok
besar dapat terdiri atas sepuluh orang siswa atau lebih. Dalam kelompok besar
guru tidak langsung membantu pelajaran melainkan lebih banyak memberikan
bantuan umum yang menunjang pelajaran. Bantuan yang diberikan berupa cara-cara
belajar (menyimak, berbicara, membaca atau sebagaimana), cara mencari data
untuk menyusun laporan dan sebagainya.
2.5
Strategi Bimbingan Belajar Bahasa
Beberapa
strategi yang dapat anda gunakan dalam melaksanakan program bimbingan belajar
adalah sebagai berikut :
2.5.1
Tanya Jawab
Tanya jawab
dapat dilakukan secara individual atau kelompok. Dalam pelaksanaan pemberian
bimbingan belajar dengan tanya jawab, guru dimungkinkan untuk membimbing hubungan
yang lebih akrab dengan siswa sehingga motivasi belajar siswa itu meningkat.
Karena adanya peningkatan motivasi belajar, sedikit demi sedikit rasa percaya
diri siswa tumbuh.
2.5.2
Diskusi
Diskusi
digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk
mengatasi kesulitan dalam belajar yang dialami oleh siswa.
Dengan berdiskusi setiap
individu siswa dalam kelompok dapat mengenali diri sendiri dan kesulitan yang
dihadapi sehingga mereka mampu menemukan jalan untuk mengatasinya, dapat saling
mempercayai, dapat mengembangkan kerja sama antara pribadi, dapat menumbuhkan
rasa percaya diri, dan dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab.
2.5.3
Penugasan
Pemberian
tugas tertentu secara individu atau kelompok sangat membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan belajarnya. Selain itu siswa terbantu untuk lebih memahami,
dirinya dan untuk memperbaiki cara belajar yang salah yang pernah dilakukan.
2.5.4
Kerja kelompok
Dengan
kerja kelompok diharapkan interaksi antar anggota kelompok mampu memperbaiki
diri siswa yang mengalami kesulitan belajar sebab adanya pengaruh dari anggota
kelompok yang cakap dan berpengalaman. Kegiatan kelompok seperti ini dapat
meningkatkan minat siswa untuk belajar secara optimal.
2.5.5
Tutor Sebaya
Yang
bertugas sebagai tutor adalah siswa yang ditnjuk guru berdasarkan criteria
tertentu, antara lain berprestasi lebih baik, hubungan sosialnya lebih baik,
disegani teman-teman sekelasnya. Tugas tutor membantu teman sekelasnya yang
mengalami kesulitan belajar. Keunggulan yang terbaik adalah bahwa strategi ini merupakan
strategi pembelajaran yang fleksibel sehingga guru dengan leluasa melayani
siswa yang memerlukan bantuan khusus (Palardy, 1983).
2.6
Langkah-langkah Dalam Penyusunan Program
Bimbingan Belajar Bahasa
Guru
berkewajiban untuk memberikan bimbingan dan layanan khusus kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar supaya siswa tersebut mampu mengatasi kesulitannya
sendiri dengan baik. Agar guru dapat memberikan layanan dengan baik, ada
beberapa langkah yang harus ditempuh, yaitu mengidentifikasi jenis kesulitan,
mencari faktor penyebabnya, dan memilih teknik dan strategi pelaksanaannya.
Contoh :
Riwali, guru kelas V MI,
menugasi siswa menyusun sebuah paragraph. Kalimat topik yang ditulis di papan
tulis yang harus dikembangkan menjadi paragraf adalah ”Kebersihan Sekolah Perlu
Dijaga”. Amir memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan tugas itu.
Berikut ini paragraf susunan
Amir.
- Kebersihan sekolah perlu dijaga. Ibu dan
ayah
- Memerintah menyapu halaman. Dan adik
membantu,
- Disekolah saya menyapu kelas. Kelasnya
saya
- Yang bersih. Supaya pak guru gembira.
Menurut
pengamatan anda, sudah baikkah paragraf yang ditulis Amir itu? Pasti anda
menjawab ”Belum”. Memang paragraf itu belum baik. Kalimat-kalimatnya kacau,
tidak gramatikal, salah dalam penggunaan ejaan dan tanda baca.
Kesulitan
apa yang dialami Amir dan apa pula faktor penyebabnya? Mari kita bahas
persoalan itu.
2.6.1
Faktor Internal
a. Pengaruh Bahasa Itu
Dirumah
Amir menggunakan bahasa Jawa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan
sehari-hari. Pengaruh struktural bahasa Jawa tampak pada kalimat ”Kelasnya saya
sapu yang bersih”, penggunaan ketika-nya
pada kelasnya, dan penggunaan kata memerintah. Hal itu menyebabkan
kalimat-kalimat yang ditulisnya tidak efektif dan gramatikal.
b. Mungkin kondisi Amir pada waktu mengerjakan
tugas itu kurang baik akibatnya semalaman kurang tidur karena membantu ibunya
bekerja di dapur atau karena habis mengikuti peajaran olah raga.
c. Faktor perbendaharaan pengalaman mungkin
menjadi penyebab Amir mengalami kesulitan menulis. Mungkin ide pokok yang
terkandung dalam kalimat topik yang harus dikembangkan menjadi paragraf belum
dikuasai Amir.
2.6.2
Faktor Eksternal
a. Materi pelajaran yang diberikan guru
terlalu mudah, materi yang terlalu sulit menyebabkan siswa menjadi prustasi
akibatnya, ia mengalami kesulitan dalam pelajaran. Sebaliknya materi yang
terlalu mudah membuat siswa tidak tertantang untuk mengikuti pelajaran. Ia
menjadi bosan. Akibatnya, tugas yang diberikan guru dikerjakannya dan
asal-asalah saja. Pada kasus Amir mungkin materi yang diberikan guru itu
terlampau sulit bagi Amir, karena ia belum menguasai kalimat topik dan kalimat
penjelas.
b. Mungkin kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan guru kurang efektif. Misalnya guru sering memberi tugas mengarang,
siswa menulis paragraf, guru mengumpulkan hasilnya. Guru tidak pernah membahas
hasil tulisan siswa di kelas dan tidak mengetahui baik buruknya karangan yang
mereka susun. Akibatnya siswa tidak mempunyai motivasi untuk mengarang.
Dari contoh
yang dikemukakan, anda dapat dengan mudah menyusun rencana dan pelaksanaan
program bimbingan beajar bagi siswa yang memerlukan layanan khusus.
Dalam menyusun rancangan,
setelah diketahui jenis dan faktor penyebab kesulitan yang dialami siswa
tertentu, barulah guru dapat menentukan teknik dan strategi pemberian layanan.
0 komentar:
Post a Comment